SEMIOTIK
Dosen: Kurnia Setiawan, S.Sn, M. Hum, CH.t
Semiotik adalah istilah yang berasal dari kata Yunani seme: semeiotikos: semeion; penafsir tanda yang berarti ‘tanda’, ‘sign’ dalam bahasa Inggris
Semiotik adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti : bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya.
Semiotik juga berarti suatu ilmu analisis tanda/studi tentang bagaimana sistem penandaan berfungsi.
Perintis awal semiotika adalah Plato yang memeriksa asal muasal bahasa dengan mencermati kata benda dalam bukunya Poetics dan On Interpretation. Plato adalah murid Aristoteles, seorang yang mengklasifikasikan antara benda mati dengan tumbuhan, yang disebut dengan klasifikasi empiris yaitu pengelompokan yang secara langsung diamati.
Apa perbedaan mendasar antara tanda alami (natural) dan tanda yang disepakati (konvensional)?
Tanda alami (natural) adalah tanda-tanda yang terjadi secara alami dan tidak secara sengaja dibuat oleh manusia, sedangkan tanda yang disepakati (konvensional) adalah tanda-tanda yang dibuat sengaja oleh manusia dan telah disepakati bersama. Tanda natural contohnya tahi lalat, sedangkan tanda konvesional contohnya bersalaman, tepuk tangan (dimana pada tiap-tiap budaya memiliki arti yang berbeda).
Contoh tanda
- anak kecil jika memiliki warna biru pada kulitnya tandanya ia adalah ras mongoloid.
- symptom atau gejala, diagnosa contohnya awam mendung artinya/tandanya mau hujan
- Tepuk tangan : orang Barat yang membunuh orang Tibet akan mendapatkan tepuk tangan dari orang Tibet dimana artinya untuk mengusir roh jahat, bukan memberikan applause kepada orang Barat tersebu
- Ciuman menandakan rasa hormat, sayang, nafsu, dan lain-lain tergantung konteks dan budaya setempat.
St. Agustinus (350-430) mengembangkan teori tentang signa data (data konvensional). Persoalan tanda menjadi objek pemikiran filosofis. Studi dibatasi mengenai hubungan kata fisik berhubungan dengan kata mental (konstruksi) contohnya kata cinta.
William of Ockham, OFM (1285-1349) mempertajam studi tanda menjadi mental, pribadi dan publik. Tanda dikategorikan berdsarkan sifatnya. Apakah ia di alam mental. Dan bersifat pribadi, ataukah diucapkan/ ditulis untuk publik
John Locke (1632-1740) melihat eksplorasi tentang tanda akan mengarah pada terbentuknya basis logika baru. Hal ini tertuang dalam karyanya “An Essay Concerning Human Understanding” (1960).
John Locke terkenal dengan teorinya tentang tabula rasa yaitu dimana anak-anak adalah seperti kertas kosong yang belum terisi dan harus diisi oleh orang dewasa.
Sementara pendapat yang menentang teori ini berasal dari Socrates yang mengatakan bahwa tiap manusia mengandung benih kebenaran (Teori Dialektika) dimana jika menginginkan jawaban yang benar maka pertanyaan yang diberikan pun harus dengan pertanyaan yang benar.
Jika pada teori John Locke, pengetahuan bersifat transfer sementara menurut Socrates bersifat menggali.
SEMIOLOGY
Semiology berasal dari kata semiotic, semion dan logos.
Konsep semiologi diperkenalkan oleh Ferdinand de Saussure (1857-1913). Ia berasal dari Swiss dan mengajar sansekerta dan linguistik sejarah.
Pendekatan Saussure tentang bahasa berbeda dari pendekatan filsuf abad 19, dia mengkaji linguistic secara sinkronik bukan diakronik.
Catatan diterbitkan dalam buku oleh muridnya ”Cours de Liguistique Generale”Saussure mendefinsikan tanda liguistik sebagai entitas dua sisi (dyad).
Sisi pertama disebut penanda (signifier);
Sisi kedua adalah petanda (signified);
Diakronik yaitu diumpamakan seperti sebatang pohon yang dipotong secara melintang (diagonal) dimana potongan tersebut akan menunjukkan lapisan-lapisan yang tersusun secara bertingkat.
Sedangkan sinkronik diumpamakan seperti sebatang pohon yang dipotong secara mendatar (horizontal). Pada cara menunjukan ini relevansi yang diambil terhadap satu tema dengan yang lainnya akan seperti apa.
Ferdinand de Saussure menggunakan metode dyad yaitu
Fisika (material) penanda tanda
Konsep (mental) petanda
- Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified).
- Penanda adalah “bunyi yang bermakna” atau “coretan yang bermakna”. Penanda adalah aspek material dari bahasa yaitu apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca.
- Petanda adalah gambaran mental, pikiran, atau konsep. Jadi, petanda adalah aspek mental dari bahasa
Signifier -- spoken word, written word, flag, etc – something that represents a concept
Signified -- the concept that the signifer stands for
For example: DOG
the word “dog" is the signifier, and the concept of a cat is the signified.
The two together constitute a SIGN
- Tanda liguistik (antara penanda dan petanda) bersifat arbitrer . Konsep tantang anjing tidak harus dibangkitkan oleh penanda dalam bentuk bunyi a/n/j/i/n/g; karena bagi orang Ingris penertian anjing diperoleh melalui kata “dog”.
- Terhubungnya sebuah penanda dan petanda hanya dapat dimungkinkan oleh bekerjanya sistem relasi atas kesepakatan (konvensi).
- Tanda dapat bekerja karena ada difference, artinya dia dapat dibedakan dengan tanda – tanda lainnya.
- Fenomena bahasa dibentuk oleh dua faktor; parole – ekspresi kebahasaan dan langue – sistem pembedaan di antara tanda – tanda. Struktur konsepsi dasar tentang langue berkaitan dengan kombinasi dan substitusi elemen – elemen bahasa (hubungan paradigmatik-sintagmatik
Kata-kata itu membantu menunjukan kebenaran tetapi bukan kebenaran itu sendiri, jika salah menafsirkan bisa keliru.
Arbitrer = suka-suka/manasuka
Bahasa yang paling ekspresif adalah bahasa Perancis (romantic), bahasa yang paling jernih dan banyak kosa kata adalah bahasa Jerman, sedangkan bahasa yang paling sederhana adalah primitive.
Charles Sanders Peirce (1839 – 1914)
Seorang filsuf berkebangsaan Amerika, mengembangkan filsafat pragmatisme melalui kajian semiotik. Ia mengembangkan Teori Tanda yang dibentuk oleh tiga sisi;
Representamen (tanda)
Objek (sesuatu yang dirujuk oleh tanda)
Interpretant (efek yang ditimbulkan;hasil)
immediate interpretant (makna pertama)
dynamic interpretant (makna dinamis)
final interpretant (makna akhir)
Peirce memperkenalkan sifat dinamisme internal dalam tanda. Interpretant yang tersamar memungkinkan ia menjelma menjadi tanda baru (rantai semiosis)
C.S. Pierce menggunakan system tryadic (tiga) yaitu tanda, objek, interpretan
Representamen:
the form which the sign takes
Interpretant:
not an interpreter but rather the Sense
made of the sign refers
Object: to which the sign refers
the word cat is the representamen,
the concept cat is the interpretant,
and the cat itself is the object
FENOMENA TANDA
Firstness (perasaan murni)
representamen
Secondness (fakta yang muncul dari relasi)
Objek
Thirdness (aturan/ wilayah hukum)
contoh : Schubert memainkan komposisi
LEVEL TANDA
Tanda yang dikaitkan dengan ground/ representamen
dibaginya menjadi:
Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda (mis. warna hijau) Contoh: kita mendengar music lalu sedih.Music adalah tanda yang langsung bisa di tafsir.
Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa / realitas fisik yang nyata.
(mis. rambu lalu lintas), rambunya, realitas fisiknya.
Legisign adalah norma/ hukum yang dikandung oleh tanda (mis. suara pluit wasit)
Legisign: normanya, contoh bel masuk
LEVEL OBJEK
- Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan; misalnya foto.
- Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan; misalnya asap sebagai tanda adanya api.
- Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya. Hubungan di antaranya bersifat arbitrer, hubungan berdasarkan konvensi masyarakat, misalnya kata, bendera
Dalam menyampaikan pesan, ada 3:
- Ikon : foto, (menciptakan tren)
- Indeks : sebab akibat, contoh asap berasal dari api (logika, supaya produk laku)
- Symbol : kesepakatan, konvensi masyarakat, contoh bendera negara (nasionalis)
LEVEL INTERPRETANT
- Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan. Tanda tampak bagi interpretant sebagai sebuah keungkinan, misalnya: konsep
- Dicent sign atau dicisign adalah tanda sesuai dengan kenyataan.Tanda bagi interpretant sebagai sebuah fakta, misalnya: pernyataan deskriptif
- Argument adalah yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu. Tanda bagi interpretant sebagai sebuah nalar, misalnya : preposisi
Secara ringkas:
- Nheme : kemungkinan, konsep
- Dicent sign: fakta, artistic
- Argument : nalar, alasan
Tiga konsep dasar semiotic
- Sintaksis
- Semantic
- Sintaksis
Roland Barthes (1915 - 1980)
Berpandangan bahwa sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu. Tulisan – tulisan pada majalah Prancis “Les Letters Nouvelles”, membahas ‘mitologi’ bulan ini. Menunjukan bagaimana aspek denotatif tanda – tanda dalam budaya pop yang menyingkap konotatif (mitos – mitos) yang dibangkitkan oleh sistem tanda yang lebih luas yang membentuk masyarakat.
Semiologi Barthes, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things).
Salah satu wilayah penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca (the reader).
“Mitos – mitos yang menyelimuti hidup kita bekerja sedemikian halus, justru karena mereka terkesan benar – benar alami. Dibutuhkan sebuah analisis mendalam, seperti yang dilakukan oleh semiotika.”
Barthes mengulas apa yang sering disebutnya sebagai sistem pemaknaan tataran ke-dua, yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya.
Sistem ke-dua ini oleh Barthes disebut dengan konotatif, berbeda dari denotative atau sistem pemaknaan tataran pertama.
Denotasi lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna.
Konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai ‘mitos’ dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu
Barthes à budaya popular, melihat teks (objek/fenomena) dalam konteks (budaya) à membongkar mitos.
denotasi
konotasi
Saussure à logika
Pierce à bahasa
“The Rhetoric of the Image” (1964)
- Pesan Liguistik; semua kata dan kalimat dalam iklan
- Pesan ikonik yang terkodekan; konotasi yang muncul dalam foto iklan (yang hanya berfungsi jika dikaitkan dengan sistem tanda yang lebih luas dalam masyarakat)
- Pesan ikonik tak terkodekan; denotasi dalam foto iklan
Contoh budaya popular
Smack down : ternyata cuma bohong-bohongan, hiburan.
Denotasi à contoh: Kursi harfiah à teks sudah duduk lupa berdiri
Konotasi kedudukan/kekuasaan
Pesan ikonik yang terkodekan: gambar poster kursi dan teks.
Tafsirannya: perjuangan wanita, kuat, emansipasi
Pesan ikonik yang tak terkodekan : gambar wanita bule dengan tangan bajunya digulung dan memakai ikat kepala.
Umberto Eco (1932 - )
Seorang sejarahwan, penulis esai, novelis dan semiotisi dari Italia“ tanda dapat digunakan untuk
menyatakan kebenaran, sekaligus juga untuk mengatakan kebohongan.”
Tanda bisa menyatakan kebenaran sekaligus kebohongan, mengkritisi masalah-masalah budaya perlu kejelian melihat budaya yang ada.
Contoh: high heels, wig, payudara silicon, theather, dan lain-lain (menutupi kekurangan, kepalsuan)
Semiotic dan framing analisis lebih cermat
Contoh:
- Bendera Nazi (nasionalis sosialis) à swastika : tak terkalahkan
Konotasi (tafsiran) : kejam, sadis (dilihat dari karyanya)
- Solidarnase (serikat buruh di Polandia)
Simbol à denotasi : kata/tulisan, warna merah
Konotasi (tafsiran) : perjuangan, kekompakan
- Anjali à penghormatan, menghargai, terima kasih
- KFC
Simbol à denotasi : gambar, warna
Konotasi (tafsiran) : smiling grandpa, ramah, chubby (penafsiran).
oleh : Yoretta Yang Wahyudi
0 komentar:
Posting Komentar